Rabu, 21 November 2018

Lolot Band




Lolot Band : Diciptakan untuk Industri, bukan untuk Menghancurkan Budaya Luhur


lolot band

Masyarakat Bali pasti sudah kenal dengan Lolot Band. Band yang pertama kali terbentuk di bulan Agustus 2001 ini, akhirnya membuat album di tahun 2003. Di album pertamanya, Lolot Band memberikan nuansa baru di industri musik. Dimana pada waktu itu, masih sangat jarang band membuat dan membawakan lirik lagu berbahasa daerah. Ternyata, langkah berani dari Lolot Band ini disambut baik oleh masyarakat Bali. Kini, siapa yang tidak mengenal Lolot Band. Sebuah band lokal yang mengangkat Bali menjadi eksklusif di industri musik Indonesia.
Berikut wawancara singkat Avilla Bali dengan Gede Lanang Darma Wiweka (bassist Lolot Band) di Warung Nasi Babi miliknya dikawasan Sesetan, Denpasar :

Bagaimana sih awal mula terbentuknya Lolot Band?
Tahun 2001, tepatnya bulan Agustus, pertama kali kita (baca : Lolot Band) mengusung musik genre rock yang lirik lagunya menggunakan bahasa daerah (Bahasa Bali). Karena jujur waktu itu vokalisnya tidak fasih berbahasa Inggris, jadi, ya sudah kita langsung saja buat dalam Bahasa Bali. Dan waktu itu, tahun 2003, album pertama Lolot Band launching. Kita juga melihat bahwa waktu itu belum ada band yang membuat album lagu – lagunya memakai Bahasa Bali sepenuhnya. Syukurlah, ternyata Lolot Band diterima baik oleh masyarakat.

Apa sebenarnya arti dari “Lolot”?
Lolot itu merupakan nama panggilan dari vokalis kita yang aslinya orangnya rada “Tolol” trus kita balik jadi “Lolot” buat julukan. Dan memang orangnya tuh rada – rada gitu hahahaha. Kenapa dia (baca : Lolot) yang dijadikan ikon? “Karena memang dia orangnya unik dan pas dengan karakter Lolot Band. Trus, dia juga yang paling semangat untuk buat Lolot Band survive . Sampai pernah, dia jual motornya supaya kita (baca : Lolot Band) tetap bisa survive dan melakukan rekamanIstilahnya, ‘penggerak’-nya gitu deh”.

Kesuksesan yang diraih oleh Lolot Band saat ini bukan tanpa suatu perjuangan panjang. Ada masa dimana beberapa masyarakat Bali, ‘menolak’ dengan gaya musik Lolot Band. Terutama lirik lagu yang memakai Bahasa Bali. Karena, pakem lirik lagu Lolot Band, dianggap merusak kebudayaan Bali.

Lolot Band pernah mengeluarkan pernyataan ini : “Lolot Band diciptakan untuk industri bukan untuk menghancurkan budaya luhur kita”. Maksudnya?
“Gini, Lolot Band bikin lagu dengan Bahasa Bali memang kebutuhannya untuk industry komersil, ya benar – benar untuk bisnis. Lagu yang kita buat bukan semacam ‘lagu rakyat” atau untuk kepentingan tembang leluhur. Jadi bisa dibedakan, lirik lagu Lolot Band bukan untuk petuah atau semacam nasihat – nasihat leluhur. Nah, lagu – lagu Lolot pure untuk dibisniskan dalam industri musik di Bali. Jadi harus dibedakan”.

Bagaimana apresiasi masyarakat Bali untuk musik Lolot Band?
Mereka sangat antusias ya. Kayak sekarang ini tuh Lolot Band banyak diajak perform oleh kampus – kampus yang isinya anak – anak muda semua. Padahal’kan kalo dipikir – pikir mereka panggil DJ saja supaya rame. Eh, tapi ini malah orang – orang tua hehehe. Lagu – lagunya Bahasa Bali pula. Syukurlah, karena generasi muda pun bisa menerima Lolot Band. Malahan, yang buat kita surprise tuh waktu Hard Rock Hotel mengundang Lolot Band tampil dan Gitar yang kita gunakan, dipajang di Hard Rock Hotel. Bayangkan, satu – satunya musisi Bali, yang berbahasa Bali, dan Gitarnya dipajang di Hard Rock Hotel di seluruh dunia dan  tahun 2005 mendapat SCTV Award untuk kategori Band Indie.

Dimana titik terendah saat menjalani karir bersama Lolot Band?
Cibiran dan sinisme tidak luput dari perjalanan karir Lolot Band. “Kita juga sempat vakum selama 5 (lima) tahun, 2008 – 2013, dan membentuk band sendiri – sendiri. Ada banyak hal yang membuat kita vakum, antara lain kejenuhan. Namun hal itu tidak berjalan lebih lama karena kita merasa “harus” bertanggung jawab kepada para penggemar.” Jadi pada 2013, Lolot Band kembali lagi dengan “Konser Reuni Lolot” di Hard Rock CafĂ© Bali. Setelah konser reunian, Lolot Band memutuskan untuk kembali produksi album baru, “karena energi positif yang diberikan masyarakat kepada kita, membuat kita ingin lebih produktif lagi dan terus berkarya, ujar Lanang”.

Diakhir wawancara, pria yang punya hobi bermain layang – layang di daerah Sanur ini, membocorkan rahasia bahwa tahun ini, Lolot band akan membuat film yang bercerita perjalanan karir Lolot Band.
“Film ini sebagai pembuktian perjalanan karir Lolot Band. Harapannya, ini bisa memacu musisi – musisi Bali untuk jangan takut menjadi beda. Apalagi kalau membawa identitas lokal alias bangga menjadi anak daerah (baca : Bali). Untuk proses produksi film, semua yang terlibat adalah putra – putri daerah Bali.”

Profil singkat
Nama lengkap : Gede Lanang Darma Wiweka
Tanggal lahir : 25 April
Hobi : Layang – layang
Tempat favorit : Sanur
Makanan Favorit : Balung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar